PEMELIHARAAN LARVA IKAN GABUS
1. Persyaratan dan Metode Pemeliharaan Larva
Larva
ikan gabus yang baik dan sehat sangat penting untuk memperoleh produksi benih
yang tinggi. Larva yang sehat dengan pakan yang cukup akan tumbuh normal.
Sebaliknya larva yang tidak sehat karena sakit atau deformity (tidak
normal) meskipun diberi pakan yang baik dan cukup akan tetap mengalami gangguan
pada pertumbuhannya.
Larva
yang digunakan dalam pemeliharaan sebaiknya memenuhi persyaratan baik secara
kualitas maupun kuantitas sbb :
No
|
Secara
kualitatif
|
Secara
kuantitatif
|
||
kriteria
|
keterangan
|
kriteria
|
keterangan
|
|
1
|
Asal
|
Hasil penetasan telur dari pemijahan induk jantan
dan betina bukan satu keturunan
|
Umur maksimal
|
3 hari
|
2
|
Warna
|
Coklat-hitam, bergantung warna wadah
|
Panjang total
|
0,75 – 1,0 cm
|
3
|
Bentuk tubuh
|
Belum sempurna
|
Bobot minimal
|
0,05 gram
|
4
|
Gerakan/ perilaku
|
Berenang aktif dan tidak bergerombol
|
Keseragaman :
-Ukuran
-Warna
|
>90%
100%
|
Metode
pemeliharaan larva menjadi benih ikan gabus yang siap dibesarkan menjadi ukuran
konsumsi dilakukan sesuai dengan tingkatan pemeliharaan.
2. Pemeliharaan Larva / Benih
Pemeliharaan
larva ikan gabus dilakukan selama 2 – 3 minggu. Dalam keadaan normal larva ikan
gabus akan tumbuh menjadi benih ikan yang berukuran 1 – 3 cm. Untuk mencegah
timbulnya sifat kanibal, selanjutnya benih ikan tersebut dilakukan grading atau
pemisahan antara ikan yang berukuran besar dan kecil. Grading perlu dilakukan
jika ukuran benih tidak seragam yaitu untuk memberi kesempatan kepada benih
ikan yang berukuran kecil dapat tumbuh lebih baik.
Pelaksanaan
grading sebaiknya dilakukan bersamaan dengan proses penjarangan benih ikan,
sebagai akibat bertambah besarnya ukuran benih ikan maka pertumbuhannya akan
lambat. Penjarangan dalam hal ini bertujuan untuk memberikan kondisi lingkungan
hidup benih ikan (kualitas air) yang lebih baik, sehingga benih ikan dapat
tumbuh dengan lebih cepat. Benih ikan yang berukuran besar dapat dipelihara
secara terpisah pada fase pendederan, sedangkan yang berukuran kecil tetap
dipelihara dalam wadah semula.
Perkembangan
larva sangat tergantung pada lingkungannya terutama kualitas air dan
ketersediaan pakan. Pada kualitas air yang baik dan pakan yang cukup kehidupan
larva akan normal dan dapat tumbuh dengan cepat sehingga dapat mencapai benih
dalam waktunya. Sebaliknya pada kualitas air yang buruk dan pakan kurang
kehidupan larva tidak normal dan tidak dapat mencapai benih pada waktunya. Oleh
karena itu, kualitas air dan ketersediaan pakan menjadi sangat penting
Indikator Pertumbuhan , SR
dan Frekuensi
Pemberian Pakan Pada Benih
Ikan Gabus
No
|
Kriteria
|
Umur benih
|
|||
5 hari
|
15 hari
|
35 hari
|
60 hari
|
||
1
|
Panjang total (cm)
|
0,75 – 1
|
1
|
1-4
|
4-10
|
2
|
Bobot (gr)
|
0,05
|
1
|
1,7
|
8
|
3
|
SR (%)
|
90 – 95
|
>80
|
>80
|
>80
|
4
|
Pakan (% bb)
|
-
|
20
|
10
|
5
|
5
|
Frek. Pemb. Pakan
|
-
|
3-4
|
3-4
|
3-4
|
3. Pengelolaan Kualitas Air
Untuk
menjaga kualitas air media pemeliharaan larva diperlukan adanya sistem
pengelolaan kualitas air yang baik. Jika air yang digunakan berasal dari
Perusahaan Air Minum (PAM) sebaiknya sebelum digunakan harus diendapkan dahulu
selama 1 – 2 hari, karena biasanya mengandung kaporit.
Selama
kegiatan pemeliharaan larva berlangsung, air media pemeliharaan larva ikan gabus
diusahakan ada sirkulasi air atau aerasi. Pengaerasian dalam hal ini bertujuan
untuk menyuplai oksigen terlarut dan menguapkan gas-gas beracun yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup larva.
Persyaratan Kualitas Air Media
Pemeliharaan Larva Ikan Gabus
No
|
Jenis Parameter
|
Satuan
|
Nilai
|
1
|
Suhu
|
0C
|
25 – 30
|
2
|
pH
|
6,5 – 8,5
|
|
3
|
Debit Air
|
Liter/detik
|
0,5
|
4
|
Ketinggian air
|
cm
|
25 – 40
|
Untuk
mencegah meningkatnya kelarutan amoniak akibat penumpukan sisa pakan maupun
kotoran (feses) maka media pemeliharaan larva perlu dilakukan
penggantian / penyiponan setiap hari sesuai kebutuhan yaitu :
1.
Kegiatan penyiponan sekaligus
dimanfaatkan untuk menyedot kotoran, sisa pakan atau larva yang mati.
2.
Penggantian air hanya dilakukan untuk
mengganti air yang hilang saat dilakukan penyiponan.
3.
Usahakan air yang ditambahkan setiap
hari tidak melebihi 25 % dari total volume bak larva. Penambahan air dilakukan
secara perlahan-lahan menggunakan selang yang berukuran kecil.
Fluktuasi
suhu air media pemeliharaan larva perlu dijaga berkisar antara 26oC
– 29oC. Jika fluktuasi suhu
terlalu tinggi dapat mempengaruhi kondisi larva ikan dan dapat menyebabkan
kematian.
Secara
biologis ikan gabus mempunyai kebiasaan untuk mengambil oksigen dari udara,
sehingga sesekali ikan terlihat bergerak naik turun. Berkaitan dengan sifat
biologis ikan tersebut maka faktor pengaturan ketinggian air perlu diperhatikan
dalam melakukan pemeliharaan larva ikan gabus. Ketinggian air media
pemeliharaan larva berkisar 25 – 40 cm. Penambahan ketinggian air dapat
dilakukan secara bertahap seiring dengan bertambah besarnya larva ikan gabus.
4. Pemberian Pakan
Persyaratan
pakan yang dapat digunakan dalam pemeliharaan larva ikan gabus adalah :
1)
Mempunyai ukuran yang sesuai dengan
bukaan mulut larva ikan gabus.
2) Mengandung nutrisi yang tinggi
dan mudah dicerna, karena saluran pencernaan larva ikan tersebut belum
berkembang secara sempurna.
Jenis
pakan yang dapat digunakan dalam pemeliharaan larva ikan gabus dapat berupa
pakan alami (seperti naupli artemia, moina, daphnia dan cacing sutra / tubifex)
dan pakan buatan seperti kuning telur ayam rebus. Penggunaan pakan alami lebih
dianjurkan karena memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan pakan
buatan. Selain memiliki kandungan nutrisi (protein) yang cukup tinggi dan mudah
dicerna pakan alami tidak mencemari kualitas air. Larva yang baru menetas tidak
perlu diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur (yolk) sebagai
cadangan makanan yang akan habis setelah 2 – 4 hari tergantung suhu. Namun
dalam melakukan pemberian pakan sebaiknya sudah mulai dilakukan sebelum
cadangan makanan tersebut benar-benar habis. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan larva ikan gabus untuk mulai belajar makan (melakukan penyesuaian)
terlebih dahulu sebelum cadangan makanan di tubuhnya habis. Oleh karena itu
pemberian pakan dapat mulai dilakukan pada hari kedua setelah menetas. Jenis
makanan yang diberikan berupa pakan alami seperti naupli Artemia atau Moina.
Setelah berumur 5 hari, larva ikan gabus dapat diberi pakan alami jenis Daphnia
atau cacing sutra (tubifex).
Sebelum
diberikan pada larva pakan alami (naupli Artemia, Moina, Daphnia atau
Tubifex) harus dicuci sampai bersih. Pemberian dilakukan secara
adlibitum (sekenyangnya) dan diberikan sebanyak 3 - 4 kali sehari. Selain
mengandung nutrisi yang tinggi pemberian pakan berupa cacing sutra dapat
meningkatkan nafsu makan ikan.
Sebelum
didederkan pada fase pemeliharaan berikutnya, benih ikan gabus dilatih dengan
pemberian pakan berupa tepung pelet. Pakan tersebut dicampur dengan air hangat
dan dibentuk bulatan-bulatan kecil padat saat diberikan pada benih. Proses
pelatihan pemberian pakan ini dapat dilakukan pada hari ke 8 hingga saat panen.
Jumlah
pakan yang diberikan disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Pakan diberikan
sebanyak empat kali sehari yaitu pukul 06.00, 10.00, 16.00 dan 20.00. Pemberian
pakan dilakukan secara sedikit demi sedikit sambil melihat respon ikan makan.
Pakan ditebar secara merata sehingga seluruh ikan mendapat kesematan yang sama
untuk mendapatkan pakan. Pemberian pakan harus segera dihentikan jika
benih-benih ikannya sudah tidak responsif terhadap pakan yang diberikan.
Hindari pemberian pakan yang berlebihan karena dapat mengakibatkan pembusukan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pencegahan
merupakan tindakan yang paling efektif dibanding dengan pengobatan. Sebab
pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan, baik hama maupun penyakit
sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
Beberapa
tindakan pencegahan hama penyakit yang dapat dilakukan adalah :
1)
Sebelum pemeliharaan larva dilakukan,
wadah harus dibersihkan / dikeringkan untuk memotong siklus hidup penyakit.
2)
Kondisi lingkungan harus tetap terjaga
diantaranya kualitas air tetap baik.
3)
Pakan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan, karena jika berlebihan dapat mengganggu lingkungan.
4)
Penanganan saat penjarangan atau griding
harus baik dan benar untuk menghidari agar gabus tidak luka-luka
5)
Hindari masuknya binatang pembawa
penyakit seperti burung, keong mas atau siput.
Hal
terpenting yang perlu dilakukan dalam mencegah timbulnya penyakit adalah
menjaga kualitas air sebaik mungkin. Serangan atau infeksi jasat patogen
(umumnya terdapat pada setiap perairan) hanya akan terjadi jika kondisi
lingkungan menurun atau jelek sehingga menjadikan ikan stress dan melemahnya
daya tahan ikan.
Larva
ikan gabus sangat rentan terhadap perubahan suhu yang berkisar lebih dari 4oC.
Jika suhu air turun, kemungkinan benih ikan gabus akan mudah terserang penyakit
ich, yaitu penyakit bintik-bintik putih pada tubuh atau mulutnya.
Penanggulangan penyakit ini yaitu dengan memindahkan lebin-benih ikan gabus ke
lingkungan baru dengan suhu yang lebih hangat (26 - 28) oC.
Faktor
lain adalah penggunaan pakan yang kurang berkualitas. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa terjangkitnya suatu penyakit pada ikan merupakan pengaruh
gabungan dari pengaruh kondisi inang, lingkungan dan jasat patogen.
B. Informasi Penunjang
1. Monitoring Pertumbuhan
Dalam istilah sederhana
pertumbuhan ikan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat
dalam suatu waktu. Faktor pertumbuhan dalam sistem pemeliharaan ikan umumnya
dipengaruhi oleh kualitas larva / benih sebar, sistem pengelolaan pakan dan
kualitas air (lingkungan pemeliharaan ikan).
Monitoring pertumbuhan ini
bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan larva/ benih ikan gabus selama kegiatan
pemeliharaan berlangsung. Hal ini dapat dilakukan yaitu dengan cara sampling,
yaitu dengan cara menangkap beberapa ekor benih ikan gabus secara acak untuk
dilakukan pengukuran panjang dan beratnya. Sampling ikan juga harus dilakukan
secara hati-hati agar ikan tidak stress. Sampling terutama dilakukan untuk
mengetahui kondisi dan pertumbuhan ikan yang dipelihara, serta tingkat
kelangsungan hidupnya (SR).
Survival rate (SR) dapat
diketahui dengan cara menghitung jumlah ikan pada awal dan akhir pemeliharaan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
SR = (Nt / No) x 100%
Keterangan :
Nt = jumlah ikan pada akhir
pemeliharaan (ekor)
No = jumlah ikan pada awal
pemeliharaan (ekor)
2. Penyebab Penyakit
Penyakit dapat diartikan
sebagai organisma yang hidup dan berkembang didalam tubuh ikan sehingga organ
tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, akan
terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan. Penyakit akan timbul jika terjadi
ketidak seimbangan antara kondisi ikan, lingkungan dan patogen. Ikan yang
kondisi tubuhnya buruk sangat besar kemungkinan terserang penyakit. Sebaliknya
jika kondisi tubuhnya baik ikan sangat kecil kemungkinan terserang penyakit.
Penyakit pada budidaya ikan gabus
dapat digolongkan menjadi penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi
adalah penyakit yang disebabkan oleh jasat penyebab penyakit seperti parasit
bakteri dan virus. Sedangkan penyakit non infeksi adalah penyakit yang
disebabkan oleh akibat kesalahan lingkungan yang tidak cocok bagi ikan, pakan
yang kurang baik (malnutrition) dan kelainan genetik. Sementara itu
penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak badan, air, peralatan budidaya
dan hewan atau tumbuhan air.
No comments:
Post a Comment